15 Renungan Ketika Rumahtangga Terasa Hambar
From Best Seller Author Khalifa Bisma Sanjaya
Household Solutions
Saya berharap semoga suami istri bisa belajar banyak dari buku ini. Saya tulis dengan menggunakan kalimat yang mudah dipahami, banyak dialog simulasi sehingga bisa lebih ‘masuk’ ke detail permasalahan. Jangan lupa: jantung buku ini ada di bab terakhir, silakan dinikmati.
Design life road map
Para Nabi… rumahtangga mereka mesra bahagia. Para ulama… rumahtangga mereka juga hepie hepie aja. Tapi kenapa sekarang banyak rumahtangga yang hambar? Saudara, melalui buku ini… saya mengajak kepada pembaca untuk benar-benar belajar menjadi suami, belajar menjadi istri, belajar menjadi manusia yang sesuai dengan rancangan Allah, karena saya yakin bahwa semua rumahtangga dirancang Allah untuk bahagia, asalkan suami istri mau mengadopsi road map yang benar. Gimana menyusun roap map? silakan simak buku ini baik-baik.
Kok menyalahkan takdir?
Saudara, kita semua adalah decision maker. Setiap hari kita membuat keputusan demi keputusan yang jika semua itu dijumlahkan… itulah nasib kita hari ini. Kita tak bisa mengambil keputusan serampangan karena toh yang akan merasakan akibatnya adalah kita sendiri. Bahtera rumahtangga karam? Janganlah terburu-buru menyalahkan takdir! Bisa jadi manusialah yang tak bisa menjadi decision maker. Semoga buku ini bisa menambah keilmuan kita sehingga kita lebih bijak untuk membuat keputusan dalam kehidupan rumahtangga.
Istri yang jenius: bisa mengatur atmosfer rumah tangga
The Author Say:
Lebih Cepat Dihafal
Silakan renungkan setiap kalimat. Jika ada kalimat yang mengena sanubari Saudara, silakan kalimat itu diberi highlight (stabilo). Otak akan lebih mudah menghafal jika melihat tulisan yang berwarna.
Ilmu di buku ini didesain bagai LEM yang akan menguatkan rumah tangga
Kenapa ‘Membangun Rumah Sakit’?
Suami adalah adalah pemimpin dalam rumahtangga. Tugas utama pemimpin adalah merubah visi rumahtangga menjadi kenyataan. Beberapa suami yang tak punya visi dalam berumahtangga, hmm… akhirnya mereka keliru: harusnya tuh membangun rumahtangga, kenyatannya… mereka malahan membangun rumah sakit. Bangunan rumah begitu megah, besar, kokoh, asri, taman hijau menghiasi pelataran, mobil yang parkir juga bagus dan keren tapi… di dalam rumah tersebut yang terdengar hanya tangisan, jeritan dan kesedihan tak kunjung sirna. Pak, Anda dikirim ke dunia ini untuk membangun rumahtangga, bukan rumah sakit. Saatnya fokus membangun rumah tangga bersama buku ini.
Beberapa Tipe Wanita:
Wanita dengan sedikit ilmu berkata:
“Padahal aku sudah sholat, sudah mengaji, tapi kenapa Allah menimpakan musibah seberat ini. Ya Allah, kenapa Engkau tidak adil? Kulihat tetanggaku yang tak pernah sholat, tapi rumahtangga mereka baik-baik aja, bahkan hampir tak ada musibah. Tapi… hiks hiks… aku menyembahMu setiap hari, kenapa Engkau timpakan musibah ini kepadaku? Kenapaaaa?????”
Wanita berjiwa sempit berkata:
“Menyesal banget aku menikah dengannya. Andai aku menikah dengan pacarku yang kedua, tentu nasibku nggak seperti ini. Hmm, aku juga menyesal tinggal di Indonesia… miskin, terbelakang dan nggak cerdas. Andai aku hidup di negara maju, tentu nasibku nggak nyungsep seperti ini. Aku juga membenci kedua orang tuaku. Duh … kenapa mereka tidak memberi warisan sedikitpun kepadaku. Teman-teman pada dapat warisan rumah, ada yang dapat mobil, pekarangan, bahkan uang ratusan juta, sedangkan aku????”
Wanita egois berkata
“Suamiku, duh… kupikir batu itu keras, tapi ada yang lebih keras lagi yaitu kepala suamiku. Dia gak mau mendengar nasihat dari aku sedikitpun. Dia lulusan SMA, sedangkan aku S1, harusnya dia tuh tahu diri kalau lebih pandai aku daripada dia. Gara-gara nggak mau ikut kata-kataku… sekarang rumahtangga ini mau karam. Hmm, ini bukanlah takdir… jelas bukan, tapi karena satu hal: suamiku yang patut disalahkan.”
Wanita manja berkata:
“Badai ini begitu berat… aku tak sanggup lagi mempertahankan rumahtangga ini. Untuk apa dipertahankan, toh sudah hambar, tak ada lagi rasanya. Yang tersisa hanya tangisan dan air mata. Bertahun-tahun aku ikut orang tua, nggak pernah merasakan penderitaan sepedih ini. E… ini sepuluh tahun ikut suami, bukannya senang, malahan menderita lahir batin. Kayaknya memang harus cerai, teman-temanku banyak yang pada cerai, mereka fine fine aja, gak ada masalah. Cerai… siapa takut?”
Bagaimana wanita sholihah menyikapi badai yang menerpa rumahtangganya?
Di atas geladak kapal, suami istri dihantam badai. Mereka basah kusup. Rasa lelah mencekik pilu…
The next…
Silakan lanjutkan dengan membaca bukunya, ya. Terima kasih.
Suami berterima kasih kepada istri. Sang istri juga mengucapkan terima kasih kepada suami. Tradisi yang patut dilestarikan dalam semua rumah tangga.
Keluarga yang hambar itu membuat semua bersedih kecuali… setan
Sadness Wind
Bahtera yang bernama rumahtangga sudah beberapa tahun mengarungi samudra kehidupan. Bahan bakar penuh, dinding-dinding bahtera kelihatan masih kokoh, tak ada yang retak sedikitpun, catnya juga masih kelihatan indah, namun… angin begitu sulit diajak kompromi. Bahtera terus berlayar membelah gelombang samudra, nampak dari kejauhan, beberapa bahtera di sekitar sudah pada mulai setengah tenggelam… hanya nampak satu dua yang tegar bertahan, hingga nahkoda kapal berbisik sambil meneteskan air mata, “Hmm… wahai angin, kenapa kamu begitu jarang memihak kepada bahtera yang kami tumpangi?”
Untuk pasutri yang merasakan hambarnya rumahtangga, sudahlah… tidak usah menyalahkan angin! Kita memang tidak bisa mengatur angin. Temukan solusi yang terbaik di buku ini.
Para Professor Berkata
Alhamdulillah kembali penulis membukukan berbagai simulasi kehambaran berumah tangga sebelum terjadinya perceraian. InsyaAllah tulisan ini bermanfaat.
Bagi Anda, baik yang sudah berumah tangga maupun yang akan berumah tangga patut untuk membaca buku ini. Ini adalah kesimpulan saya setelah mencermati berulang kali, baik konten maupun kontek setiap renungan yang disajikan dalam Buku 15 Renungan (Ketika Rumahtangga Terasa Hambar). Semoga bermanfaat.
Tulisannya bagus, sangat bermanfaat bagi masyarakat Indonesia untuk menjaga keutuhan rumah tangga dan juga untuk menjaga, memelihara generasi muda yang terlantar tidak terurus karena perceraian orang tuanya.
Tentang Penulis
Nama asli saya adalah Mohamad Nur. Nama pena: Khalifa Bisma Sanjaya. Lahir di Kabupaten Pati tanggal 7 Juli 1976. Domisili di Sleman Yogyakarta. Selain sebagai penulis, saya juga seorang penceramah, da’i dan trainer Gramedia Academy. Jika ingin mengundang saya untuk acara pengajian/ ceramah/ seminar/ pelatihan… silakan hubungi. 0812-2993-3301.
Khalifa Bisma Sanjaya
Books By Khalifa Bisma Sanjaya:
(Silakan tekan judulnya)